Archive for March 2014
ADA SEORANG
pemuda Arab yang tampan, shalih dan sangat cerdas. Dia ingin menikah dengan
seorang gadis shalihah dan cerdas seperti dirinya. Maka, mulaikah dia
mengembara dari satu kabilah ke kabilah lain, untuk mencari gadis impiannya. Suatu
ketika, dia berjalan menuju kabilah di Yaman. Ditengah perjalanan, dia berjumpa
dengan seorang lelaki. Akhirnya, dia berjalan bersama lelaki itu. Spontan
lelaki itu menjawab, “ Hai bodoh, kau ini bagaimana? Aku menunggu kuda dan kau
juga menunggu kuda. Bagaimana kita bisa saling membawa? “ Pemuda itu diam saja
mendengar jawaban lelaki itu. Kemudian, keduanya melanjutkan perjalanan. Lalu
mereka melewati sebuah kampung. Kampung itu yang dikelilingi olhe kebun yang
sudah tiba masa panennya.
Pemuda
itu bertanya, “Menurutmu, buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya, atau
belum, ya?” Seketika, lelaki itu menjawab, “ Pertanyaan itu aneh sekal! Kamu
sendiri melihat dengan mata dan kepalamu, buah-buahan itu masih ada dipohonnya
dan belum dipanen, kok kamu bertanya,
apakah buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya atau belum?” Pemuda
itu hanya diam dan tidak menjawab perkataan lelaki itu. Kemudian, keduanya
melanjutkan perjalanan. Baru sebentar berjalanan, mereka bertemu dengan
orang-orang yang sedang mengiringi jenazah. Pemuda itu berkata, “Menurutmu yang
diiringi dalam keranda itu masih hidup atau sudah mati, ya?” Lelaki
itu menjawab, “Aku semakin paham dengnmu. Aku tidak pernah menemukan pemuda
yang lebih bodoh darimu. Ya, jelas! Jenazah itu akan dibawa untuk dikubur. Tentu
di sudah mati.” Pemuda itu kembali diam dan tidak menjawab sepatah kata pun
atas komentar lelaki itu. Akhirnya, keduanya sampai dirumah lelaki itu. Dia
mengajak pemuda itu menginap di
rumahnya. Dia merasa kasihan, sebab pemuda itu terlihat sangat letih.
Lelaki itu memiliki seorang anak gadis yang sangat canti. Begitu tahu seorang tamu
menginap, anak gadisnya itu bertanya, “Ayah, siapa dia?” “Dia itu pemuda paling
bodoh yang pernah aku temukan, “jawab ayahnya. Anak gadisnya itu malah
penasaran. Dia mengejar dengan pertanyaan berikutnya, “Bodoh bagaimana?” Ayah
langsung menceritakan awal pertemuannya dengan pemuda itu dan segala perkataan
serta pertanyaannya.
Mendengar
cerita ayahnya, anak gadis itu berkata, “Ayah ini bagaimana? Dia itu tidak
bodah. Justru dia sangat cerdas dan pandai. Kata-katanya mengandung makna
tersirat. Ketika dia mengatakan, ‘Apakah kau bisa membawaku dan aku membawamu?’,
sebenarnya maksudnya adalah, ‘Apakah kita bisa saling berbincang-bincang
sehingga bisa membawa kita pada suasana yang lebih akrab?’ Ketika dia
mengatakan, ‘Buah-buah itu sudah dimakan oleh pemiliknya atau belum?’ Ia
memaksudkan, ‘Apakah pemiliknya sudah menjualnya, pemiliknya tentu menerima
uangnya dan membelanjakannya untuk makan dia dan keluarganya. Kemudian, ketika
dia bertanya, ‘Apakah jenazah di dalam keranda itu masih hidup atau sudah mati?’
Maksudnya, ‘Apakah jenazah itu memiliki anak yang bisa melanjutkan
perjuangannya atau tidak?’
Setelah mendengar apa yang dikatakan putrinya, lalaki itu keluar menemui pemuda itu. Dia meminta maaf atas perkataannya yang membodoh-bodohkan pemuda itu. Keduanya lalu berbincang-bincang. Lelaki itu berkata, “Sekarang aku baru tahu apa maksud pertanyaan-pertanyaanmu dalam perjalanan tadi.” Lalu, dia menjelaskan seperti yang dikatakan putrinya. Mendengar itu, sang pemuda itu bertanya, “Saya yakin itu bukan lahir dari pikiranmu sendiri dan bukan perkataanmu, demi Allah katakanlah padku siapa yang mengatakannya?”
Yang
mengatakankan hal itu adalah putriku,” jawab lelaki itu. Spontan pemuda itu
berkata, “Apakah kau mau menikahkan aku dengan putrimu?” “Ya.” Begitulah, setelah melaluo
pengembaraan panjang, akhirnya oemuda itu menemukan pendamping hidup yang dia
impikan. (Habiburrahman
El Shirazy, 2005. Hal.7 ”Ketika Cinta Berbuah Surga”)
“Tak semua perkataan itu bisa
langsung diartikan dari perkataan dan maksud perkataan itu, boleh jadi
mempunyai arti yang tersirat bahkan tak terlihat tetapi mempunyai makna. “