Posted by : Aan black
Tuesday, April 17, 2012
Musik rock di Indonesia mulai menjejak
pada tahun 1970-an. Dan kemunculannya pun tidak bisa dilepaskan dari para
pionir mulai dari Giant Step, God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy, Super Kid,
Terncem, AKA/SAS, Bentoel, hingga Rawe Rontek. Tapi sebelum tahun 1970-an,
sebenarnya sudah ada sebuah band bernama The Rollies, yakni grup band beraliran
jazz rock yang dibentuk di Bandung dan menjadi kebanggaan Kota Kembang pada
tahun 1967, bahkan sempat populer hingga awal 1980-an. Para personelnya terdiri
dari Bangun Sugito (vokal), Uce F. Tekol (bas), Jimmy Manoppo (drum), Benny
Likumahuwa (trombon), Delly Joko Arifin (keyboards/vokal), Bonny Nurdaya
(gitar), dan Teungku Zulian Iskandar (saksofon). The Rollies adalah kelompok
rock tertua Indonesia dan termasuk grup yang paling sering mengalami bongkar
pasang pemain. Dalam perjalanannya, grup yang telah merintis ke dunia rekaman
pada tahun 1967 ini sempat menjadi grup papan atas yang disegani penonton
Bandung, Jakarta, Medan, dan Malang. Banyak yang menganggap The Rollies sebagai
peletak dasar band rock Indonesia yang telah memberikan kontribusi bagi musik
Indonesia masa kini.
Giant
Step
Nama Giant Step memang tidak
sefenomenal dan melegenda seperti halnya
The Rollies atau God Bless. Meski demikian, grup era 1970-an asal Kota Bandung
ini bisa dikatakan sebagai satu-satunya band rock Indonesia pada masa itu yang
paling tidak suka membawakan lagu-lagu orang lain atau grup lain.
Dengan kata lain, Giant Step merupakan
band rock yang berani "melawan arus" pada masa itu. Ketika band-band
rock pribumi lain gemar membawakan lagu-lagu karya The Beatles, Rolling Stones,
Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, atau Grand Funk Railroad, Giant Step
justru lebih bangga membawakan lagu-lagu karya mereka sendiri. Mereka juga
termasuk band rock yang lumayan produktif. Setidaknya ada tujuh album yang
dihasilkan dalam kurun waktu 1975-
1985. Tentu bukan hanya itu, Giant Step
pun termasuk dari sedikit band rock pribumi yang berkiblat pada jenis musik
progresif yang pada masa itu lebih sering disebut sebagai art rock, seperti
yang diusung grup-grup Inggris macam King Crimson, Jethro Tull, Pink Floyd,
Gentle Giant, Yes, Genesis, dan ELP (Emerson, Lake, and Palmer). Benny
Soebardja dan Albert Warnerin adalah dua orang yang membidani kelahiran Giant
Step pada awal 1970-an di Bandung, kota yang sering dijuluki sebagai gudangnya
para seniman musik yang kreatif.
God
Bless
Setelah The Rollies dan Giant Step, God
Bless gantian menyandang predikat sebagai grup band rock papan atas di
Indonesia pada masa itu. Bahkan bisa dibilang, God Bless adalah raja
panggungnya musik Indonesia. God Bless mendeklarasikan diri sebagai grup band
rock pada 5 Mei 1973, dengan formasi awal Achmad Albar (vokal), Fuad Hassan
(drum), Ludwig Lemans (gitar), Donny Fattah (bas), dan Jockie Soeryoprayogo (keyboards).
Di antara beberapa band rock yang hadir
di masa itu, seperti Giant Step dan The Rollies, God Bless bisa dibilang hampir
tak tertandingi. Kendati kerap mengusung repertoar asing milik Deep Purple, ELP
hingga Genesis, namun aksi panggung serta skill masing-masing personelnya boleh
dibilang di atas rata-rata. Tapi karena terlalu sering menyanyikan lagu asing,
gaya musik para personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut
tergambar jelas dalam garapan musik album perdana mereka, “Huma di
Atas Bukit”, yang cukup banyak terpengaruh sound Genesis. Selain
tidak memiliki gaya bermusik yang solid, keanggotaan God Bless juga bisa
dibilang kurang solid. Sebab, dalam perjalanannya grup ini terhitung sangat
sering gonta-ganti personel. Dari grup ini, nama Ian Antono mulai menarik
perhatian dan menjadi gitaris pertama yang berkibar di jalur rock Indonesia.